This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, 31 January 2016

Dr. Adiwarman Azwar Karim

Adiwarman A Karim

Dr. Adiwarman Azwar Karim, MBA, MAEP (lahir di Jakarta, 29 Juni 1963; umur 52 tahun) adalah akademisi dan praktisi ekonomi syariah. Saat ini, ia dipercaya menjadi anggota Dewan Syariah Nasional MUI dan dewan pengawas sejumlah lembaga perbankan syariah. Di luar itu, ia giat menulis, memberikan pelatihan, dan menjadi dosen tamu di berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri.
Adiwarman mulai menggeluti kariernya di bidang perbankan syariah pada tahun 1992 sebagai staf litbang di Bank Muamalat, setelah sebelumnya sempat bekerja sebagai pegawai di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Pada tahun 1998, ia memimpin Bank Muamalat cabang Bandung dan merangkak naik menjadi Wakil Direktur Utama Muamalat Institute sampai ia memutuskan mengundurkan diri pada tahun 2001. Pada tahun 1999, ia bersama kurang lebih empat puluh lima tokoh dan cendekiawan Muslim Indonesia mendirikan The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia. Pada Agustus 2001, ia mendirikan perusahaan konsultan bisnis syariah Karim Consulting Indonesia, yang telah membidani lahirnya beberapa unit syariah di sejumlah bank di Indonesia.

dari wikipedia tentang Adiwarman A karim

Umer Chapra

 Pemikiran Umer Chapra


Umer Chapra memberikan pendapat seputar teori-teori ekonomi konvensional. Menurutnya, didalam mengembangkan ekonomi islam bukan berarti memusnahkan semua hasil analisa yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh ekonomi konvensional selama lebih dari seratus tahun terahir.

Menurut Umar Chapra Mengambil hal-hal yang baik dan bermanfaat yang dihasilkan oleh bangsa dan budaya non-islam sama sekali tidak diharamkan. sebagaimana sabda nabi, bahwa hikmah/ilmu itu bagi umat islam adalah ibarat barang yang hilang. Dimana saja ditemukan, maka umat islamlah yang berhak mengambilnya.
Catatan sejarah umat islam memperkuat hal ini. Para ulama’ dan ilmuan muslim banyak meminjam ilmu dari peradaban lain seperti yunani, india, persia, cina dan lain-lain. Yang bermanfaat diambil dan yang tidak bermanfaat dibuang, sehingga terjadi transformasi ilmu dengan diterangi cahaya islam.

Dari Ekonomi Mikro Islam, karangan Adiwarman, tentang pemikiran umer chapra



Imam Al-Ghazali

Pemikiran Imam al-Ghazali


Imam Al-Ghazali menagatakan bahwa, dalam meningkatkan Kesejahteraan Sosial, Iman Al-Ghazali mengelompokkan dan mengidentifikasi semua masalah baik yang berupa  masalih (utilitas, manfaat) maupun mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.

Selanjutnya Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa, Kesejahteraan (maslahah) suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar. Yakni:


  1.  Agama (ad-dien)
  2.   Hidup atau jiwa (nafs)
  3.  Keluarga atau keturunan (nasl)
  4.  Harta atau kekayaan (mal)
  5.  Intelek atau akal (aql)

Dari kelima hal diatas Imam Al-Ghazali menitikberatkan bahwa ini sesuai dengan tuntunan wahyu.”kebaikan dunia akhirat (maslahat al-dien wa al-dunya) merupakan tujuan utamanya.”


Dari Ihya Ulumuddin, karangan Imam Al-Ghazali

Friday, 29 January 2016

Efesiesi Produksi, Minimalisasi Biaya Untuk Memproduksi Jumlah Yang Sama Dan Maksimalisasi Produksi Tanpa Kenaikan Atau Perubahan Biaya


Efesiensi Produksi diindikasikan dengan biaya yang lebih rendah untuk jumlah output dan tingkat mutu tertentu. Dalam kreteria ekonomi, suatu sistem produksi dikatakan lebih efesien bila memenuhi salah satu dari kriteria ini:
a.      Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.
b.      Maksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama.
Dengan kreteria ini kita dapat melihat mana yang lebih efesien sistem  prosuksi dengan sistem bunga atau produksi sistem bagi hasil.

a.      Minimalisasi Biaya Untuk Memproduksi Jumlah Yang Sama

Untuk melihat ini, kita gunakan kurva total cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil. Sebgaimana dijelaskan terdahulu, total cost sistem bunga akan lebih tinggi dari pada sistem total cost bagi hasil.
Pada kurva dibawah ini secara grafis, total cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC, sedangkan total cost sistem bunga digambarkan dengan TCi.  Dibawah ini adalah kurva untuk mengilustrasikan perbandingan efesiensi TC dan TCi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah langkah-langkah berikut.
Pertama pada kurva dibawah ini ada sumbu X yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q). Dan sumbu Y yang menggambarkan total biaya yang sama (TC). Pada sumbu X ambilah titik mana saja sebagai titik yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian tariklah garis vertikal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing masing perpotongan antara garis vertikal dengan TCi dan TCrs/ps, tariklah garis horizontal ke sumbu Y.




Anda juga  bisa melihat grafik di video ini + dengan alur grafik.


Dari kurva diatas ternyata untuk tingkat produksi yang sama (Q yang sama), total biaya sistem bagi hasil TCrs/ps selalu lebih kecil dibandingkan total biaya dengan sistem bunga (TCi). Jadi menurut kreteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien dibandingkan dengan sistem bunga.

b.      Maksimalisasi Produksi Tanpa Kenaikan Atau Perubahan Biaya

Untuk melihat ini, kita gunakan kurva total cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil. Sebgaimana dijelaskan terdahulu, total cost sistem bunga akan lebih tinggi dari pada sistem total cost bagi hasil.
Pada kurva dibawah ini secara grafis, total cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC, sedangkan total cost sistem bunga digambarkan dengan TCi. Dibawah ini adalah kurva untuk mengilustrasikan perbandingan efesiensi TC dan TCi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah langkah-langkah berikut.
Pertama pada kurva dibawah ini ada sumbu X yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q). Dan sumbu Y yang menggambarkan total biaya yang sama (TC). Pada sumbu Y ambilah titik yang diatas garis FCi. Kemudian tarik garis horizontal sampai memotong TC dan TCi, tariklah garis vertikal ke bawah ke sumbu X.






Anda juga  bisa melihat grafik di video ini + dengan alur grafik.

Dari kurva diatas ternyata untuk total cost yang sama (TC yang sama), jumlah produksi sistem bagi hasil (Q) selalu lebih besar dibandingkan dengan sistem bunga (Qi). Jadi menurut kreteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien dibandingkan dengan sistem bunga.

(dari ekonomi mikro islam, adiwarma, hal 144-146)

Anda Juga Bisa Mendapatkan Artikel Teori Produksi Islam (Efesiensi, Skala Ekonomis, Penentuan Kekayaan Suatu Negara) Di Atas Versi Makalah


Skala Ekonomi


SkalaEkonomi, dari segi efesiensi produksi kita telah menunjukan bahwa produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien. Sekarang kita akan melihat implikasi lain, yakni:


Perlu diketahui bahwa pada berbagai kegiatan ekonomi, tingkat teknologi yang digunakan adalah sedemikian moderennya sehingga produksi yang efesien hanya dapat dijalankan bila kuantitas produksinya sangat besar atau meliputi hampir seluruh kuantitas yang diperlukan pasar. Dalam hal ini suatu perusahaan baru menikmati skala ekonomis yang paking maksimum apabila tingkat produksinya sangat besar jumlahnya. Pada waktu perusahaan mencapai keadaan dimana biaya produksi mencapai minium, jumlah produksi yang dihasilkannya hampir menyamai jumlah permintaan yang ada di pasar.
Untuk melihat ini kita akan menggunakan kurva total revenue yang membandingkan total revenue sistem bagi hasil dan total revenue sistem bunga. Sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu, total revenue sistem bagi hasil akan berputar kearah jarum jam, sedangkan total revenue sistem bunga tetap pada tempatnya tidak berputar.
Dibawah ini secara grafis total revenue sistem bagi hasil (revenue sharing) digambarkan dengan TRrs, total revenue untuk sistem bagi keuntungan (profit sharing) dinotasikan dengan TRps. Sedangkan total revenue sistem bunga digambarkan dengan TRi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah langkah-langkah berikut.
Pertama pada kurva dibawah ini ada sumbu Y sebagai titik yang menggambarkan total revenue yang sama (TR yang sama). Keudian tariklah garis horizontal sampai memotong TR dan TRrs. Untuk masing masing perpotongan antara garis horizontal dengan TR dan TRrs, tariklah garis vertikal kebawah ke sumbu X.




 Anda juga  bisa melihat grafik di video ini + dengan alur grafik.
Atau klik ini Skala Ekonomi

Dari kurva diatas ternyata untuk total revenue yang sama (TR yang sama), jumlah produksi sistem bagi hasil (Q) selalu lebih besar dibandingkan jumlah produksi dengan sistem bunga (Qi). Jadi sistem bagi hasil bukan saja lebih efesien, tetapi juga akan mendorong produsen untuk memproduksi yang lebih besar pada Skala Ekonomi.


(dari ekonomi mikro islam, adiwarma, hal 146-147)

Anda Juga Bisa Mendapatkan Artikel Teori Produksi Islam (Efesiensi, Skala Ekonomis, Penentuan Kekayaan Suatu Negara) Di Atas Versi Makalah


TEORI PRODUKSI ISLAM

Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu: Suci Hayati, MSI


 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)JURAI SIWO 

METRO 2015





KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kami panjatkan, kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah – Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang ada pada mata kuliah “Ekonomi Mikro Islam”.
            Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang perlu mendapat penyempurnaan, namun inilah usaha maksimal yang dapat kami lakukan.  Dengan segala kerendahan hati, kami harapkan kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini, karena kami yakin bahwa makalah ini belum mencapai hasil yang sempurna.
            Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terimakasih yang setinggi – tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.  Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Amiin ya rabbal ‘alamin.
                                                                       




                                                                                    Metro 24 November 2015


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam sebuah produksi itu akan efesien manakala biaya untuk suatu produksi tidak menghambat dari keberlansungan produksi. Karna walau bagaimana pun biaya bukan hanya untuk membiayai suatu produksi saja akan tetapi juga ada beban di dalamnya. Seperti, sebuah usaha yang menggunakan biaya produksinya dengan sistem bunga, maka akan ada beban dalam keberlangsungan produksinya, beban itu berupa buang yang harus dibayar wajib oleh produsen. Berbeda dengan produksi yang menggunakan sistem bagi hasil, tidak ada suatu beban yang begitu besar yang harus dipikul oleh produsen, sebab setiap keuntungan dari hasil produksi akan dibagi sesuai akad dai kedua belah pihak yakni pemilik dana (sohibul mal) dengan produsen.
Selain itu bagaimanakah suatu negara itu dikatakan kaya, apakah dengan banyak-banyak mencetak uang atau yang lainya. Pada makalah ini penulis akan menguraikan tetang efesiensi produksi dan bagaimana implikasi sistem produksi terhadap suatu negara.

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana efesiensi produksi dan skala ekonomi ?
2.      Kenapa Tujuan penentuan kekayaan suatu negara ?








BAB II
PEMBAHASAN


Efesiensi produksi diindikasikan dengan biaya yang lebih rendah untuk jumlah output dan tingkat mutu tertentu.[1] Dalam kreteria ekonomi, suatu sistem produksi dikatakan lebih efesien bila memenuhi salah satu dari kriteria ini:
a.       Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.
b.      Maksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama.
Dengan kreteria ini kita dapat melihat mana yang lebih efesien sistem  prosuksi dengan sistem bunga atau sistem produksi dengan sistem bagi hasil.

a.      Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama
Untuk melihat ini, kita gunakan kurva total cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil. Sebgaimana dijelaskan terdahulu, total cost sistem bunga akan lebih tinggi dari pada sistem total cost bagi hasil.
Pada kurva dibawah ini secara grafis, total cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC, sedangkan total cost sistem bunga digambarkan dengan TCi.[2] Dibawah ini adalah kurva untuk mengilustrasikan perbandingan efesiensi TC dan TCi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah langkah-langkah berikut.
Pertama pada kurva dibawah ini ada sumbu X yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q). Dan sumbu Y yang menggambarkan total biaya yang sama (TC). Pada sumbu X ambilah titik mana saja sebagai titik yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian tariklah garis vertikal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing masing perpotongan antara garis vertikal dengan TCi dan TCrs/ps, tariklah garis horizontal ke sumbu Y.

Pada jumlah produk yang sama (Q), TCrs=TCps < TCi

Dari kurva diatas ternyata untuk tingkat produksi yang sama (Q yang sama), total biaya sistem bagi hasil TCrs/ps selalu lebih kecil dibandingkan total biaya dengan sistem bunga (TCi). Jadi menurut kreteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien dibandingkan dengan sistem bunga.

b.      Maksimalisasi produksi tanpa kenaikan atau perubahan biaya
Untuk melihat ini, kita gunakan kurva total cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total cost sistem bagi hasil. Sebgaimana dijelaskan terdahulu, total cost sistem bunga akan lebih tinggi dari pada sistem total cost bagi hasil.
Pada kurva dibawah ini secara grafis, total cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC, sedangkan tital cost sistem bunga digambarkan dengan TCi.[4] Dibawah ini adalah kurva untuk mengilustrasikan perbandingan efesiensi TC dan TCi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah langkah-langkah berikut.


Pada jumlah produk yang sama (C), QCrs=QCps > QCi

Dari kurva diatas ternyata untuk total cost yang sama (TC yang sama), jumlah produksi sistem bagi hasil (Q) selalu lebih besar dibandingkan dengan sistem bunga (Qi). Jadi menurut kreteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien dibandingkan dengan sistem bunga.[6]

c.       Skala Ekonomi
Dari segi efesiensi produksi kita telah menunjukan bahwa produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien. Sekarang kita akan melihat implikasi lain, yakni skala ekonomi. Perlu diketahui bahwa pada berbagai kegiatan ekonomi, tingkat teknologi yang digunakan adalah sedemikian moderennya sehingga produksi yang efesien hanya dapat dijalankan bila kuantitas produksinya sangat besar atau meliputi hampir seluruh kuantitas yang diperlukan pasar. Dalam hal ini suatu perusahaan baru menikmati skala ekonomis yang paking maksimum apabila tingkat produksinya sangat besar jumlahnya. Pada waktu perusahaan mencapai keadaan dimana biaya produksi mencapai minium, jumlah produksi yang dihasilkannya hampir menyamai jumlah permintaan yang ada di pasar.[7]
Untuk melihat ini kita akan menggunakan kurva total revenue yang membandingkan total revenue sistem bagi haslil dan total revenue sistem bunga. Sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu, total revenue sistem bagi hasil akan berputar kearah jarum jam, sedangkan total revenue sistem bunga tetap pada tempatnya tidak berputar.
Dibawah ini secara grafis total revenue sistem bagi hasil digambarkan dengan TRrs, total revenue untuk sistem bagi keuntungan (profit sharing) dinotasikan dengan TRps. Sedangkan total revenue sistem bunga digambarkan dengan TRi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah langkah-langkah berikut.
Pertama pada kurva dibawah ini ada sumbu Y sebagai titik yang menggambarkan total revenue yang sama (TR yang sama). Keudian tariklah garis horizontal sampai memotong TR dan TRrs. Untuk masing masing perpotongan antara garis horizontal dengan TR dan TRrs, tariklah garis vertikal kebawah ke sumbu X.

Produksi dengan menggunakan sistem profit sharing atau revenue sharing lebih efesien dan juga memberikan Q yang lebih besar. Pada peneriaman total (TR) yang sama, Qrs  > Qpr > Qi

Dari kurva diatas ternyata untuk total revenue yang sama (TR yang sama), jumlah produksi sistem bagi hasil (Q) selalu lebih besar dibandingkan jumlah produksi dengan sistem bunga (Qi). Jadi sistem bagi hasil bukan saja lebih efesien, tetapi juga akan mendorong produsen untuk memproduksi pada skala ekonomi yang lebih besar.[9]

B.     TINJAUAN PENETUAN KEKAYAAN SUATU NEGARA
Negara yang tidak memiliki kekuatan ekonomi dipastikan tidak akan mempunyai kekuatan politik dan karna itu tidak akan mempunyai kekuatan militer dan budaya. Dalam hal ini, kekayaan berpengaruh terhadap kedaulatan negara. Berkenaan dengan itu, negara tidak mungkin dapat meraih kedaulatan tanpa memiliki kekayaan dan kekuatan ekonomi.[10]
Lebih lanjut Abdurrahman Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut, kekayaan suatu negara ditentukan oleh dua hal:

a.      Tingkat produksi domestik
Dapat saja suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang maupun jasa), maka uang yang melimpah tersebut tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Dalam teori ekonomi kemampuan untuk memproduksi sesuatu digambarkan oleh grafik. Misalnya orang memiliki pilihan untuk memproduksi dua jenis barang, yaitu beras dan jagung dengan sumberdaya yang dimilikinya.
Untuk mengilustrasikan pernyataan diatas lihatlah kurva dibawah ini. Sumbu X menggambarkan kemampuan memproduksi beras, dan subu Y menggambarkan untuk jagung. Kurva yang digunakan adalah possible production frontier (PPF) menggambarkan tingkat produksi maksimal yang mungkin dicapai dengan sumberdaya yang dimiliki. Semakin besar PPF berarti semakin tinggi tingkat kekayaan negara tersebut.
[11]
b.      Neraca pembayaran positif
Ibnu khaldun juga menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan negara tersebut. Hal ini disebabkan neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal:
1.      Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditas lebih tinggi daripada tingkat permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand, sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan eksport.
2. Tingkat efesiensi produksi negara tersebut lebih tinggi dibanding negara lain. Dengan tingkat efesiensi yang lebih tinggi maka komoditas suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih kompetitif.

Dalam  level makro pembahasan kita adalah kekampuan produksi suatu negara, sedangkan dalam level mikro bahasan kita adalah kemampuan produksi suatu produsen. Secara grafis, pendapat ibnu khaldun ini dapat digambarkan dengan tingkat utilitas yang berada diluar PPF. Ini berarti negara yang melakukan perdagangan internasional akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan tidak melakukan perdagangan. Dalam ilmu ekonomi, konsep ini dikenal dengan gain from trade. Tanpa adanya perdagangan, maka tingkat kesejahteraan tertinggi dicapai ketika kurva utilitas bersinggungan dengan PPF, yaitu pada titik autarky pau (titik memenuhi kebutuhan sendiri). Sedangkan adanya perdagangan akan mendorong kurva utilitas ketingkat yang lebih tinggi yang tidak mungkin dicapai oleh PPF.
Pada titik autarky, relative price antara beras dan jagung digambarkan oleh garis harga (prince line) pau. Sekarang katakanlah produsen ini mempunyai tingkat efesiensi yang relatif lebih tinggi dalam memproduksi beras dari produsen lain. Maka ia akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk memproduksi beras, sehingga jumlah beras yang diperoduksinya naik menjadi Qb2, dan jummlah jagung yang diperoduksinya turun menjadi Qj2. Kelebihan produksi beras ini diperdagangkan dengan harga yang berlaku yaitu Pp. Dengan price line yang baru ini, produsen dapat menaikan utilitasnya.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
         Dari pemaparan materi diatas penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa di dalam sebuah produksi yang menggunakan sistem bagi hasil (PS) dan bagi keuntungan (RS) jauh lebih efesien, sebab dengan menggunakan sistem ini produsen dapat meningkatkan produksinya tanpa adanya beban. Dalam skala ekonomi pun PS dan RS sangat efesien, hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh para produsen untuk meningkatkan produksinya lebih besar. Dengan sistem ini suatu negara akan jauh lebih makmur dan menjadikan negara semakin kaya.




















DAFTAR PUSTAKA


Adiwarman, Ekonomi Mikro Isalam, jakarta: rajawali pers
ibrahim Abdullah laam bin, fiqih kekayaan, jakarta: zaman pers
Sugiarto dkk, ekonomi mikro sebuah kajian komprehensif, jakarta: PT gramedia pustaka utama
yulianto Ali akbar dan krista, Pengantar Bisnis, jakarta: salemba empat pers




[1] Ali akbar yulianto dan krista, PENGANTAR BISNIS, (jakarta: salemba empat, edisi 4) hal 454.
[2] Adiwarman, Ekonomi Mikro Isalam, (jakarta: rajawali pers, cet 6) hal 144-145
[3] Gambar minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama
[4] Adiwarman, Ekonomi Mikro Isalam, (jakarta: rajawali pers, cet 6) hal 144-145
[5] Maksimalisasi produksi  tanpa kenaikan, atau perubahan biaya
[6] Loc.cit hal 145-146
[7] Sugiarto dkk, ekonomi mikro sebuah kajian komprehensif, (jakarta: PT gramedia pustaka utama, cet 4) hal 347
[8] Perbandingan skala ekonomis dalam ketiga sistem
[9] Op.cit hal 146-147
[10] Abdullah laam bin ibrahim, fiqih kekayaan, (jakarta: zaman, cet 1,2015) hal 394
[11] Tingkat produksi domestik – ibnu khaldun
[12] Neraca pembayaran positif – ibnu khaldun