Ekonomi
Mikro Islam
Dosen
Pengampu: Suci Hayati, MSI
PROGRAM
STUDI EKONOMI ISLAM
JURUSAN
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)JURAI
SIWO
METRO 2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji
dan syukur kami panjatkan, kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah – Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan
makalah ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang ada pada mata kuliah “Ekonomi Mikro Islam”.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan yang perlu mendapat penyempurnaan, namun inilah usaha maksimal yang
dapat kami lakukan. Dengan segala kerendahan hati, kami harapkan kritik
dan saran demi sempurnanya makalah ini, karena kami yakin bahwa makalah ini
belum mencapai hasil yang sempurna.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terimakasih yang setinggi –
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya
dan para pembaca pada umumnya.
Amiin ya
rabbal ‘alamin.
Metro
24 November 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam sebuah produksi itu akan efesien manakala biaya untuk suatu
produksi tidak menghambat dari keberlansungan produksi. Karna walau bagaimana
pun biaya bukan hanya untuk membiayai suatu produksi saja akan tetapi juga ada
beban di dalamnya. Seperti, sebuah usaha yang menggunakan biaya produksinya
dengan sistem bunga, maka akan ada beban dalam keberlangsungan produksinya,
beban itu berupa buang yang harus dibayar wajib oleh produsen. Berbeda dengan
produksi yang menggunakan sistem bagi hasil, tidak ada suatu beban yang begitu
besar yang harus dipikul oleh produsen, sebab setiap keuntungan dari hasil
produksi akan dibagi sesuai akad dai kedua belah pihak yakni pemilik dana (sohibul
mal) dengan produsen.
Selain itu bagaimanakah suatu negara itu dikatakan kaya, apakah dengan
banyak-banyak mencetak uang atau yang lainya. Pada makalah ini penulis akan
menguraikan tetang efesiensi produksi dan bagaimana implikasi sistem produksi
terhadap suatu negara.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
efesiensi produksi dan skala ekonomi ?
2. Kenapa
Tujuan penentuan kekayaan suatu negara ?
BAB II
PEMBAHASAN
Efesiensi produksi diindikasikan dengan biaya
yang lebih rendah untuk jumlah output dan tingkat mutu tertentu.
Dalam kreteria ekonomi, suatu sistem produksi dikatakan lebih efesien bila
memenuhi salah satu dari kriteria ini:
a.
Minimalisasi
biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.
b.
Maksimalisasi
produksi dengan jumlah biaya yang sama.
Dengan kreteria ini kita dapat melihat mana yang
lebih efesien sistem prosuksi dengan
sistem bunga atau sistem produksi dengan sistem bagi hasil.
a. Minimalisasi biaya untuk memproduksi
jumlah yang sama
Untuk melihat ini, kita gunakan kurva total
cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total
cost sistem bagi hasil. Sebgaimana dijelaskan terdahulu, total cost sistem
bunga akan lebih tinggi dari pada sistem total cost bagi hasil.
Pada kurva dibawah ini secara grafis, total
cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC, sedangkan total cost
sistem bunga digambarkan dengan TCi.
Dibawah ini adalah kurva untuk mengilustrasikan perbandingan efesiensi TC dan
TCi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah
langkah-langkah berikut.
Pertama pada kurva dibawah ini ada sumbu X yang
menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q). Dan sumbu Y yang menggambarkan
total biaya yang sama (TC). Pada sumbu X ambilah titik mana saja sebagai titik
yang menggambarkan tingkat produksi yang sama (Q yang sama). Kemudian tariklah
garis vertikal sampai memotong TC dan TCi. Untuk masing masing
perpotongan antara garis vertikal dengan TCi dan TCrs/ps, tariklah
garis horizontal ke sumbu Y.
Pada jumlah produk yang sama (Q), TCrs=TCps < TCi
Dari kurva diatas ternyata untuk tingkat produksi
yang sama (Q yang sama), total biaya sistem bagi hasil TCrs/ps selalu
lebih kecil dibandingkan total biaya dengan sistem bunga (TCi). Jadi
menurut kreteria ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien dibandingkan
dengan sistem bunga.
b. Maksimalisasi produksi tanpa
kenaikan atau perubahan biaya
Untuk melihat ini, kita gunakan kurva total
cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total
cost sistem bagi hasil. Sebgaimana dijelaskan terdahulu, total cost sistem
bunga akan lebih tinggi dari pada sistem total cost bagi hasil.
Pada kurva dibawah ini secara grafis, total
cost sistem bagi hasil digambarkan dengan TC, sedangkan tital cost sistem
bunga digambarkan dengan TCi.
Dibawah ini adalah kurva untuk mengilustrasikan perbandingan efesiensi TC dan
TCi. Untuk dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah
langkah-langkah berikut.
Pada jumlah produk yang sama (C), QCrs=QCps > QCi
Dari kurva diatas ternyata untuk total cost
yang sama (TC yang sama), jumlah produksi sistem bagi hasil (Q) selalu lebih
besar dibandingkan dengan sistem bunga (Qi). Jadi menurut kreteria
ini, produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien dibandingkan dengan sistem
bunga.
c. Skala Ekonomi
Dari segi efesiensi produksi kita telah
menunjukan bahwa produksi dengan sistem bagi hasil lebih efesien. Sekarang kita
akan melihat implikasi lain, yakni skala ekonomi. Perlu diketahui bahwa pada
berbagai kegiatan ekonomi, tingkat teknologi yang digunakan adalah sedemikian
moderennya sehingga produksi yang efesien hanya dapat dijalankan bila kuantitas
produksinya sangat besar atau meliputi hampir seluruh kuantitas yang diperlukan
pasar. Dalam hal ini suatu perusahaan baru menikmati skala ekonomis yang paking
maksimum apabila tingkat produksinya sangat besar jumlahnya. Pada waktu
perusahaan mencapai keadaan dimana biaya produksi mencapai minium, jumlah
produksi yang dihasilkannya hampir menyamai jumlah permintaan yang ada di
pasar.
Untuk melihat ini kita akan menggunakan kurva total
revenue yang membandingkan total revenue sistem bagi haslil dan total
revenue sistem bunga. Sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu, total
revenue sistem bagi hasil akan berputar kearah jarum jam, sedangkan total
revenue sistem bunga tetap pada tempatnya tidak berputar.
Dibawah ini secara grafis total revenue
sistem bagi hasil digambarkan dengan TRrs, total revenue
untuk sistem bagi keuntungan (profit sharing) dinotasikan dengan TRps.
Sedangkan total revenue sistem bunga digambarkan dengan TRi. Untuk
dapat memahami kurva dibawah ini maka perhatikanlah langkah-langkah berikut.
Pertama pada kurva dibawah ini ada sumbu Y
sebagai titik yang menggambarkan total revenue yang sama (TR yang sama).
Keudian tariklah garis horizontal sampai memotong TR dan TRrs. Untuk
masing masing perpotongan antara garis horizontal dengan TR dan TRrs,
tariklah garis vertikal kebawah ke sumbu X.
Produksi
dengan menggunakan sistem profit sharing atau revenue sharing lebih efesien dan
juga memberikan Q yang lebih besar. Pada peneriaman total (TR) yang sama, Qrs > Qpr > Qi
Dari kurva diatas ternyata untuk total revenue
yang sama (TR yang sama), jumlah produksi sistem bagi hasil (Q) selalu lebih
besar dibandingkan jumlah produksi dengan sistem bunga (Qi). Jadi
sistem bagi hasil bukan saja lebih efesien, tetapi juga akan mendorong produsen
untuk memproduksi pada skala ekonomi yang lebih besar.
B. TINJAUAN PENETUAN KEKAYAAN SUATU
NEGARA
Negara yang tidak memiliki kekuatan ekonomi
dipastikan tidak akan mempunyai kekuatan politik dan karna itu tidak akan
mempunyai kekuatan militer dan budaya. Dalam hal ini, kekayaan berpengaruh
terhadap kedaulatan negara. Berkenaan dengan itu, negara tidak mungkin dapat
meraih kedaulatan tanpa memiliki kekayaan dan kekuatan ekonomi.
Lebih lanjut Abdurrahman Ibnu Khaldun
menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di
negara tersebut, kekayaan suatu negara ditentukan oleh dua hal:
a. Tingkat produksi domestik
Dapat saja suatu negara mencetak uang
sebanyak-banyaknya, tetapi hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya
pertumbuhan sektor produksi (baik barang maupun jasa), maka uang yang melimpah
tersebut tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan,
menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan menimbulkan permintaan
atas faktor produksi lainnya. Dalam teori ekonomi kemampuan untuk memproduksi
sesuatu digambarkan oleh grafik. Misalnya orang memiliki pilihan untuk
memproduksi dua jenis barang, yaitu beras dan jagung dengan sumberdaya yang
dimilikinya.
Untuk mengilustrasikan pernyataan diatas lihatlah
kurva dibawah ini. Sumbu X menggambarkan kemampuan memproduksi beras, dan subu
Y menggambarkan untuk jagung. Kurva yang digunakan adalah possible
production frontier (PPF) menggambarkan tingkat produksi maksimal yang mungkin
dicapai dengan sumberdaya yang dimiliki. Semakin besar PPF berarti semakin
tinggi tingkat kekayaan negara tersebut.
b. Neraca pembayaran positif
Ibnu khaldun juga menegaskan bahwa neraca
pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan negara tersebut. Hal ini
disebabkan neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal:
1.
Tingkat
produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditas lebih tinggi daripada
tingkat permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar
dibanding demand, sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan
eksport.
2. Tingkat
efesiensi produksi negara tersebut lebih tinggi dibanding negara lain. Dengan
tingkat efesiensi yang lebih tinggi maka komoditas suatu negara mampu masuk ke
negara lain dengan harga yang lebih kompetitif.
Dalam
level makro pembahasan kita adalah kekampuan produksi suatu negara,
sedangkan dalam level mikro bahasan kita adalah kemampuan produksi suatu
produsen. Secara grafis, pendapat ibnu khaldun ini dapat digambarkan dengan
tingkat utilitas yang berada diluar PPF. Ini berarti negara yang melakukan
perdagangan internasional akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih baik
dibandingkan tidak melakukan perdagangan. Dalam ilmu ekonomi, konsep ini
dikenal dengan gain from trade. Tanpa adanya perdagangan, maka tingkat
kesejahteraan tertinggi dicapai ketika kurva utilitas bersinggungan dengan PPF,
yaitu pada titik autarky pau (titik memenuhi kebutuhan sendiri). Sedangkan
adanya perdagangan akan mendorong kurva utilitas ketingkat yang lebih tinggi
yang tidak mungkin dicapai oleh PPF.
Pada titik autarky, relative price antara
beras dan jagung digambarkan oleh garis harga (prince line) pau.
Sekarang katakanlah produsen ini mempunyai tingkat efesiensi yang relatif lebih
tinggi dalam memproduksi beras dari produsen lain. Maka ia akan mengalokasikan
lebih banyak sumber daya untuk memproduksi beras, sehingga jumlah beras yang
diperoduksinya naik menjadi Qb2, dan jummlah jagung yang
diperoduksinya turun menjadi Qj2. Kelebihan produksi beras ini
diperdagangkan dengan harga yang berlaku yaitu Pp. Dengan price line yang
baru ini, produsen dapat menaikan utilitasnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan materi
diatas penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa di dalam sebuah produksi yang
menggunakan sistem bagi hasil (PS) dan bagi keuntungan (RS) jauh lebih efesien,
sebab dengan menggunakan sistem ini produsen dapat meningkatkan produksinya
tanpa adanya beban. Dalam skala ekonomi pun PS dan RS sangat efesien, hal inilah
yang harus dimanfaatkan oleh para produsen untuk meningkatkan produksinya lebih
besar. Dengan sistem ini suatu negara akan jauh lebih makmur dan menjadikan
negara semakin kaya.
DAFTAR PUSTAKA